Monday, September 18, 2017

The Merchant Of Blood, Potret Keluarga Miskin Dengan Jalan Pintas Untuk Kaya

Tags


Ini adalah karya kedua Yu Hua yang saya baca,novel berjudul Chronicle of a blood merchant atau kisah seorang pedagang darah. Buku pertama yang saya baca berjudul To Live, juga memotret keadaan satu keluarga di Cina pada masa revolusi kebudayaan.

Penampakan Novelnya


Kehidupan keluarga Xu Sanguan dan istrinya dan ketiga anaknya. Awalnya kisahnya romantis dan lucu. Ketika Xu Sanguan diajak temannya menjual darah sampai dia menyukai dua perempuan dan menikahi salah satunya.

Konfliknya bermula saat anaknya yang pertama Yile diisukan bukan anaknya, setelah 9 tahun usianya baru ketauan He Xiaoyong merupakan bapak biologi anak malang itu. Mulailah beberapa konflik seperti pertengkaran dia dengan istrinya Xu Yulan dan malah sampai pengusiran Yile dari rumah.
Di masa itu Cina dilanda kelaparan atau kalau saya gak salah tangkap entah mereka yang miskin, karena tidak cukup biaya untuk mengobati anak orang yang di cederai oleh Yile, Xu Sanguan menjual darah lagi. Dan setiap keluarga butuh uang, dia menjual darahnya lagi, dan lagi.


Di masa masa revolusi Mao dan beberapa tahun sebelumnya  juga cina belum ada regulasi yang bagus seperti sekarang pendonoran darahnya, darah itu tak ada istilah donor, hanya jual sebotol darah dihargai 35 Yuan, banyak sekali uang segitu dimasa itu, yang bagusnya pihak kedokteran Cina sudah tahu rentang waktu kapan boleh menjual darah lagi  tiga bulan setelah.
Ada Filmnya juga?



Buku setebal 288 halaman ini diterjemahkan oleh Agustinus Wibowo, You know who? Kalau tak tahu dia petualang yang sudah mengelilingi Asia dan menulis beberapa buku yang tak kalah bagusnya.

Dalam novel ini kita diajak menekuni satu budaya dari satu keluarga miskin di sebuah kota di Cina. Diceritakan dengan gaya arus deras tanpa banyak bunga-bunga kata, membuat kita sesak napas dalam membacanya.

ini ciri khas dari Yu Hua, kalau novel lain pembawaannya pelan, ini kita harus baca cepat-cepat seperti orang Cina sedang merepet.


EmoticonEmoticon