Thursday, March 14, 2019

The Green Book (2018): Saat Orang Kulit Putih Harus jadi Anak Buah

Tags


Film yang menawan bulan ini kutonton adalah The Green Book. Film yang pemeran utamanya kulit berwarna dan pemeran pembantunya orang kulit putih, kebalikan dari film the Shawsank Redemtion lah. Kan akhir-akhir ini sudah banyak film yang pemeran utamanya dari bangsa kulit hitam. Contohnya Black Panther, mundur lagi Bad Boys dan film yang ajaib satu lagi, juara Oscar juga. Spiderman into the spider verse.

Film ini banyak memutar balikkan pemikiran (stereotype) kita dari industri Hollywood kebanyakan. Dia membuat Dr.Shirley (Mahershala Ali) bangsa kulit hitam, pemain piano itu super intelegent, dan pengawalnya orang Italian yang agak sedikit bodoh tapi kuat tapi sangatlah pede.


Akibat dipecat dari pekerjaannya di pengamanan bar, Tony dan jaringan teman-teman italianya meneruskan kehidupannya walaupun susah, dia menerima tawaran bekerja kepada orang kulit hitam, padahal awalnya dia orang yang rasis, dia bahkan membuang gelas bekas dipakai oleh orang kulit hitam yang bertandang ke rumahnya, awalnya.

Tapi setelah tempat kerjanya ditutup, dia terlunta-lunta mencari kerja dan akhirnya seorang musisi kulit hitam, memperkerjakannya. Tugas Tony dan bos barunya ini adalah driver, dia akan membawa Dr.Shirley tuor keliling Amerika. Mereka akan tampil di gedung pertunjukan dan rumah-rumah orang kaya.

Bagusnya film ini adalah kita akan melihat betapa bagusnya Maharshala Ali memilih kata untuk diucapkan, sedangkan Viggo Mortensen (Tony) masih memakai kosakata jalanan. Di setengah film, Tony masih merendahkan Doc, sampai suatu saat dia mulai menghargainya ketika ia melihat Doc bermain piano. Maka dia mulai menghormatinya dan melindungi bosnya yang baru itu. Malah diakhir cerita dia sudah memintai pendapat Doc untuk keluarganya.


Film seru mindblowing ini cukup aman di nonton seluruh keluarga untuk supaya agar mereka menghargai sesama dan sebeda.


EmoticonEmoticon